OK BROTHER. Powered by Blogger.

KEMARAU

Bocah-bocah kecil berlari
Dengan celananya yang lusuh
Mereka berteriak lantang memandang langit
Lalu mengejar mendung yang disapu angin panas
Kakinya yang telanjang
Menapak satu satu di tanah bumi yang terpanggang
Keluh suaranya bergema menembus sumur sorga

Namun sang mata air hanya cucurkan air mata mereka
Manusia-manusia ditimpuk keresahan
Gundah gulana, bencana dan malapetaka

Kemarau panjang menghanguskan jiwa
Pohon pepohonan kering
Lahan-lahan pangan tandus menahan dahaga
Sementara si fulan yang kaya dan serakah
Menikam bumi dengan angkuhnya
Tanpa mau dengar do'a dan petuah
Yang dihamparkan para kyai
Di jagad raya yang tengah sekarat ini

Kemarau,
Kau sumber kemarau hati insani
Nafasmu menghisap nafas sang penghuni
Hawa panasmu membakar seluruh negeri
Jerit memilu mengiringi ayun langkah kami
Yang kian hari makin membeku

Kemarau,
Dulu kau datang
Kini kau datang
Besok dan lusapun kau tetap datang
Mungkinkah semua hanya sekedar panggilan musim
Ataukah karena tingkah pola manusia
Yang memaksamu agar tinggalkan sang peraduan

Kemarau,
Apakah kini sang musim sudah saling menghianati
Apakah kini sang musim sudah saling meracuni
Sehingga kini kau kehilangan tempat sembunyi
Dan kau berkelana tanpa kendali
Menjelajah kehidupan tanpa perduli

Kemarau
Lihatlah bocah-bocah kecil terus menanti
Berharap hujan akan datang lagi

Kemarau,
Lihatlah bocah-bocah kecil terus menanti
Melamunkan tarian di bawah air langit
Yang dulu mereka mainkan dengan riangnya
Tapi kini lihatlah bocah-bocah kecil yang terus menanti
Tarian hujan hanya tinggal sebuah mimpi


Sidayu, Oktober 1992

ARTIKEL DALAM SATU LABEL



0 komentar:

widgeo.net

ARTIKEL SECARA ACAK

ARSIP BLOG