OK BROTHER. Powered by Blogger.

Jadilah Gembala di padang tandus

Lahir sebuah kisah tentang dunia yang semakin tua, di saat keringat-keringat mengucur deras disela-sela panasnya otak yang terperas menuntut akan rugi labanya kehidupan, di saat angka waktu yang terus memburu bersama nama hari-hari yang bergantian mengisi simbol kehidupa.
Ketika pijar sang surya bergolak membakar jiwa manusia-manusia perkasa disana, memaksa lari, rebah, bangun dan terkapar di tanah, mengucurkan merah, darah manusia perkasa di bumi persada.
Remuk redam jiwa perkasa,
Mengapa manusia-manusia muda yang hanya tinggal menggoreskan pena, yang hanya membuka dan menutup lembar peristiwa, yang hanya datang dan pulang sekolah, dan yang hanya minta dan menguras kekayaan orang tua, tega memperkosa jiwanya, tega memperbudak batinnya, tega memperburuh orang tuanya dan tidak hanya tega pada yang bisa ditegakan, sekalipun membunuh mesti tega dilakukan.

Wahai manusia-manusia muda, tangan dan kakimu yang perkasa dengan kepala yang terisi penuh rekaman peristiwa dunia, mari berkarya nyata dan tidak hanya mengekor pada revolusi dunia, ingat ini bukan khutbah atau ceramah ilmiah yang banyak dikenal dan dijunjung manusia-manusia

Mari simak wahai manusia-manusia muda, dengarlah berita alam, kau dengarlah di sana ada bencana, dan apakah kau dengar mendungpun berceloteh tentang derap langkah serdadu dan jerit bayi yang histeris mencari tetek ibunya yag mati dan hilang tanpa ada kabar beritanya.

Andaikan kau bisa mendengar, langitpun menangis, mendung menangis, burung-burung menangis, pohon-pepohonan menangis, semua menangis entah apa sebab mereka menangis hanya manusia-manusia yang bisa merasa dan meraba tangisan alam yang makin memilukan.

Di sana dibalik bacaan suci orang-orang berjubah tersimpan makna yang dalam sedalam apa yang paling dalam. Orang-orang berjubah berdo'a untuk manusia-manusia muda, yang kelak diharap menjadi ksatria di hamparan gersang yang penuh dengan perang dan peristiwa pembunuhan.

Wahai manusia-manusia muda, jadilah kau gembala-gembala di padang tandus yang menghamparkan 1001 kegersangan, dan peganglah dua tali, satu di kanan dan satu lagi di kiri dengan seruling yang melantunkan syair pemikat hati, meski air dan rumput terlalu sulit untuk kau temukan, namun tangan kakimu masih perkasa untuk mengayunkan parang menembus dimensi kehidupan.

Wahai manusia-manusia muda, jadilah gembala-gembala yang sejati, jangan pula kau biarkan gembalaanmu makan dan minum di ladang orang, dan jangan pula kau hanya duduk di bawah pohon sementara yang kau gembalakan bingung kemana harus berjalan.

Gembala-gembala di hamparan gersang, gembalakan semua yang mampu kau gembalakan jangan hanya karena rasa cinta semua jadi terlantar, biar namamu diagungkan di buku dunia meski bukan itu yang kau inginkan.

Gembala-gembala di hamparan gersang, kaulah surya di siang hari dan kaulah bulan di malam hari, hidupmu bersama hidupnya alam di pelosok negeri, tidurmu adalah tidurnya para bidadari, pengabdianmu tidak terukurkan oleh alat industri canggih, bangunmu bersama seruan suci yang menggema diujung pagi.

Gembala-gembala di hamparan gersang semoga menjadi pelita di kegersangan malam dan bercerita tentang makna hidup dan kehidupan

Kini hanya tinggal manusia-manusia muda yang masih tertinggal, yang belum pasti arah hidupnya yang kadang terayu racun dunia hingga tergeletak dan tersungkur dalam bui dunia.

dengan seribu satu antara benar dan salah, manusia-manusia berdo'a membasuh hatinya yang penuh dosa, namun ada pula yang mati tanpa kebajikan dan lencana binttang kafir di sandang dalm kuburannya

Anas, Januari '91

ARTIKEL DALAM SATU LABEL



0 komentar:

widgeo.net

ARTIKEL SECARA ACAK

ARSIP BLOG